Ini Sarkub atau
yang lebih dikenal dengan Istilah Sarjana Kuburan sudah benar benar
menebarkan bibit Permusuhan kepada sesama umat Islam. Ini terbukti
dengan tulisan tulisan Zon Jonggol yang diarahkan ke Muhammadiyah
sebagai tujuan dan sasaran pelecehan. Zon Jonggol adalah seorang
Jurnalis andalan Sarkub yang sekedar tahu Muhammadiyah, tetapi kemudian
melakukan propagandan dan provokasi, dengan tulisan tulisan yang sengaja
memancing kemarahan “Muhammadiyah”. Zon Jonggol dipelihara oleh Aswaja
dan Sarkub dengan tulisan tulisannya yang dengan sengaja menumpahkan
kekesalannya terhadap umat lain selain NU. Pertama menulis artikel
tentang “Sejarah Muhammadiyah Yang Terlupakan” . Kandungan opini Zon
Jonggol ini seolah benar benar menguasai sejarah Muhammadiyah, padahal
hanya sekedar tahu saja, bahkan menuduh orang orang sesudah KH. Ahmad
Dahlan melakukan kudeta terhadap persyarikatan Muhammadiyah. Yang dapat
di ungkap dalam hal ini.
- Zon Jonggol dengan terang terangan menuduh para pelanjut Muhammadiyah telah melakukan kudeta
terhadap pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Padahal perobahan Dalam
Muhammadiyah Memang suatu keharusan yang harus terjadi, oleh sebab
Muhammadiyah adalah persyarikatan, bukan per-orangan. Tentu KH. Ahmad
Dahlan atau Darwis sangat maklum hingga hari kiamat dengan perobahan
perobahan ormas Muhammadiyah. Hal itu juga karena menjadi harapan KH.
Ahmad Dahlan , muhammadiyah sebagai ormas Tajdid. - Zon Jonggol sengaja melupakan sejarah, bagaimana bentuk felterisasi Aswaja yang sebelum ada NU berusaha dengan SI, untuk menghancurkan Muhammadiyah, berkali kali warga Aswaja dengan perintah para kyai melakukan percobaan
pembunuhan terhadap KH. Ahmad Dahlan. Ini meng-indikasikan memang ada
tujuan terselubung dari penulis Zon Jonggol, agar sebagai warga
Muhammadiyah untuk saling menyalahkan, seolah warga Muhammadiyah adalah
NU yang gampang di fitnah dengan fitnah kacangan . - Zon Jonggol (Jengkol) tidak tahu kalau Muhammadiyah wadah gerakan yang memang sejak awal menggariskan jalan Muhammadiyah diatas Al-Quran dan Sunah, itu dilontarkan KH. Ahmad Dahlan sejak berdirinya, agar umat Islam kembali kepada Al-Quran dan Sunah. Jadi kalau terjadi perobahan sejarah selama itu memenuhi tajdid Muhammadiyah sudah memang seharusnya berobah, bukan karena kudeta atau hal hal lain yang tidak terlintas dalam pemikiran Muhammadiyah.
- Zon Jonggol menempatkan KH. Ahmad Dahlan sebagaiorang yang dirampok oleh generasi pelanjutnya, padahal secara nyata KH, Ahmad Dahlan justru menyuruh generasi mendatang untuk lebih kuat mengikuti arahannya, menegakkan Quran dan sunah. Dalam pernyataan beliau
dijaman hidupnya terarah kepada umatnya untuk selalu belajar, agara bisa membedakan mana yang benar dan mana yang tidak. Itulah sebabnya Muhammadiyah tidak terpasung sebagaimana di NU , karena memang NU ormas yang memasung umatnya dengan sekedar taqlid belaka, Tentu sangatlah jauh dengan Muhammadiyah yang menempatkan umatnya agar menuntut ilmu dan belajar hingga benar benar terwujud ajaran Islam yang murni. Sedang di NU kebalikannya, memaksa umat berpikir kampungan dg budaya budaya agama
lamanya, sbelum Islam. - Zon Jonggol menyamakan Muhammadiyah dan
NU yang monarkhi kekyaian, sehingga dalam pandangan Zon, Muhammadiyah
membangkang kyainya, jelas pikiran sesat Zon Jonggol mau merusak
Muhammadiyah dengan gaya NU yang kepriyaian. Muhammadiyah bukan ormas
statis, tetapi dinamis yang disarka pada pembaharuan. Justru dengan
mempertahakan hadist hadist sebagai hujjah Muhammadiyah itu merupakan
penghargaan tertinggi kepada ulama ulama Mazhab manapun, sekalipun
Muhammdiyah tidak bermazhab. Pada intinya Muhammadiyah bukan ormas
tempat berlindung mereka yang picik dan taqlid pemahamannya, tetapi
Muhammadiyah ormas yang memberikan kreatis kepada seluruh aggotanya
untuk memberikan masukan kepada Muhammadiyah. Jadi bukan tempatnya
kyainya Zon Jonggol yang sekedar memasung umat menurut paham paham yang
tidak jelas. - Gerakan Muhammadiyah adalah gerakan islam, yang
selalu bergerak sesuai dengan cita cita Quran dan Sunah, bukan kompilasi
fiqih buatan Zon Jonggol dan kawan kawan yang merekayasa ahlussunah
dengan atas nama Ulama, padahal merusak kedudukan ulama ulam yang
dijadikan sandaran. Sedangkan Muhammadiyah jika mengatakan tidak
bermazhab, karena menggunakan sumbernya yang juga dipakai para imam imam
Mazhab, terlebih imam imam Mazhab tidak mengikat dan tidak pernah
menuntut pengikutnya untuk mengikutinya. Tidak pernah ada keterangan
dari Quran dan sunah kalau tidak mengikuti mazhab adalah sesat. tetapi
yang keterangan kalau melawan Quran dan Sunah dengan pendapat pendapat
itulah yang sesat. Bila Muhammadiyah dikatakan tidak bermazhab, itu juga
sejalan dengan keinginan dan cita cita imam imam mazhab yang menolak
para pengikutnya yang tidak mengenal sumbernya para imam berpendapat. (https://www.facebook.com/notes/zulkarnain-elmadury/haramnya-bermazhab-kepada-imam-empat-menurut-empat-imam/473677312666961)Dalam
Masalah Tarjih yang menyebutkan bahwa sistim Tarjih itu membangkan
ulama ulama masa lalu dan keluar dari kebiasaan KH. Ahmad Dahlan, Karena
tarjih bukan kompilasi fiqi bahtsul masail, yang lebih pada pendapat
dan ke pendapat. Himpunan putusan Tarjih dan Fatwa fatwa Tarjih
berangkat dari kemampuan dan kemahiran kalangan tokoh tokoh
Muhammadiyah. Bahkan mengundang orang luar untuk ikut membicarakan
Tarjih dalam pengambilan keputusan keputusannya, bahkan mengundang pakar
pakar dari luar guna mendapat keputusan yang benar, tanpa berupa fiqi
yang meluas, cukup sesuai dengan teks teks hadist yang dijadikan hujja
tarjih, itupun memang berdasarkan hadist hadist pilihan. Bakun
sebagaimana pikiran zon Jonggol yang tumpul otaknya yang seolah benar
tulisan, dengan pandangan karat yang tertuang dalam tulisannya :http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/11/12/majelis-tarjih/…Kalau
dibaca jelas, sebuah oretan tangan orang bodoh yang sok tahu
muhammadiyah, bahkan mencoba membuat huru hara dalam Muhammadiyah,
seolah Muhammadiyah gampang terhasut sebagaimana di NU yang membudayakan
sikap kekerasan terhadap kelompok lain. Dalam hal ini justru membrikan
gambaran sebagai berikut- Zon Jonggol mau menyamakan antara
Muhammadiyah dan NU sebagai satu kekuatan, padahal sudah dari awal
dinyatakan oleh KYai Hj Ahmad dahlan, kalau Muhammadiyah berlandaskan
Quran dan Sunah. Tidak menganut pendapat mazhab manapun tetapi
menghargai mazhab. Karena muhammadiyah memandang, sumbernya para imam
itulah yang wajib diikuti, bukan mengikuti hasil olah pikiran imam
selama tidak terdukung oleh keduanya , Quran dan Sunah. - Bila
tidak ada Qunut dalam generasi sesudah Kyai haji Ahmad dahlan, itupun
karena tidak lepas dari tuntutan Kyai haji ahmad dahlan untuk
tidkterbelenggu dengan masanya, tetapi harus ada perkembangan yang lebih
baik di Muhammadiyah. Karena para ulam di Muhammadiyah tidak
menempatkan paradigma fiqih dan rana fiqih, tetapi pada paradigma Quran
da Sunah berdasarkan ketelitian hadist hadisrnya. Tidak menjadikan hujja
seseorang yang mengamalkan ibadah, sekalipun tokoh, selama terbukti
yang digunakan itu adalah hadist shahi, ini sejalan dengan pikiran imam
imam Mazhab yang tidak menykai pengikutnya melakukan bid’ah bid’ah
sesudahnya dengan menyandarkan diri kepadanya. - Dalam
pandangan Zon Jonggol tersebut membuktikan bahwa di seorang yang
terbelenggu pemikirannya dengan kyai kyai aswaja, yang membimbingnya
untuk membenci wahabi, dan sekarang juga Muhammadiyah. Sebuah penyakit
lama NU, ketika masa kapanye partainya menyerang lawan politiknya dari
masumi, atau ketika NU masih Islam tradisional dijaman sebelum
berdirinya NU yang dengan Mudah menyamakan Muhammadiyah dengan agama
diluar Isslam. Zon Jonggol hanya sebuah pigura dari pemikiran NU yang
kolot dan stati, kini terbukti hanya bisa mendompling nama NU guna
menghujat Muhammadiya, atau mendompling dalam kekautan Sarkub yang
memang diarahkan untuk menghancurkan kelompok lain. - Pengertian
ulama contohnya sangat parsial sekali, seolah yang dimaksud ulama itu
hanya tumpukan fiqih, bukan mereka yang hafal Quran dan Sunah, atau
sekedar orang mentafshil berbagai bentuk ‘i’rab arab , itu yang disebut
mengerti agama, padahal tidak sedikit kalangan ahli bahasa arab dunegara
Arab , ahli bahasa arab tetapi sangat bodoh agama, sebagaimna penulis
penulis alkitab (taurat dan Injil) berbahasa arab, mereka itu ahli
nahwu, tetapi untuk berbicara agama islam ya sulitlah. Jadi kalau kata
“Ulama ” itu hanya disandarkan pada kekolotan berpikir dan parsialisme,
itu justru meng- kebiri pengertian “ulama” itu sendiri. Gak tahu kalau
yang dimaksud Zon Jonggol adalah “Ulama fajir” dan abidul jahil, mungkin
di aswaja tempatnya, disebut fajir karena senang dengan praktek bid’ah. - Zon
Jonggol juga menggambarkan, seolah Muhammadiyah harus sentralistik
seperti KH, Ahmad Dahlan, yang dulu berqunut dn misalnya taraweh 23,
sehingga disinilah letaknya kekeliruan besar Zon Jonggol, karena Kyai
patokannya, bukan Quran dan Sunah. Sedangkan hadist yang dikutip
Muhammadiyah itu sebagai ralat terhadap kesalahan KH Ahmad dahlan masa
lalu, bukan kudeta. Karena pakar pakar ilmu hadist di Muhammadiyah itu
tidak sedikit, bukan pakar kitab fiqih model NU tentunya yang hanya
mengarahkan NU sesaui penuh dan sentralistik KH Hasyim Asy’ary,
Muhammadiyah tidak pernah memasung umatnya, bahkan bisa membatah Tarjih
Muhammadiyah bila terbukti Tarjih Muhammadiyah lemah argumentasina. jadi
salah alamat bila Zon Jonggol menempatkan Muhammadiyah harus sama
dengan NU, itu konyol namanya.Jadi sekarang ternyata memang NU
mengerahkan anak buahnya guna merusak ormas lain yang tidak sejalan
dengan NU, makanya Zon Jonggol ambisi merusak Muhammadiyah dengan
tulisan tulisannya, jadi memang itulah usaha NU untuk merusak
Muhammadiyah, menyuruh anak asuhnya Zon Jonggol melakukan serangan
berupa tulisan janggal dan tidak jelas, saya akan berdiri sebagai
penentang Zon Jonggol sebagai lawan selamanya, untuk mengomentari semua
tulisannnya yang akal akalan
- Zon Jonggol mau menyamakan antara
[…] Mereka mengatakan bahwa pakar-pakar ilmu hadits di Muhammadiyah telah menunjukkan hadits-hadits yang MERALAT KESALAHAN KH Ahmad Dahlan sebagaimana yang mereka uraikan panjang lebar pada https://kudapanule.wordpress.com/2013/07/01/pelecehan-sejarah-dan-tarjih-muhammadiyah-oleh-warga-nu-z… […]